Skip to main content

Seberapa Jauh Teknologi Membawamu?

     Generasi centennial atau generasi Z adalah generasi yang lahir setelah generasi Y atau yang biasa disebut generasi milenial. Generasi ini dibagi berdasarkan tahun kelahiran. Generasi Y lahir pada tahun 1977-1995, sedangkan generasi Z lahir setelahnya yaitu pada tahun 1996-sekarang. Generasi centennial adalah generasi yang sangat terbuka terhadap teknologi dan internet. Mereka hampir selalu membawa telepon pintar atau yang biasa dikenal sebagai smartphone kemanapun mereka berada. Segala aspek kehidupan pada Generasi Z pasti berkaitan dengan teknologi dan internet . Hal yang punya dua sisi yang berlawanan. Bisa memberikan kemudahan sekaligus senjata makan tuan. 

Menurut KBBI internet adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit. Di abad ke 21 ini, internet sangat diperlukan di dunia. Mulai dari kemudahan akses informasi sampai hal-hal yang simpel seperti penggunaan moda transportasi online. Mulai dari kalangan orang tua sampai kanak-kanak sekalipun. Bagi orangtua memang sangat banyak kemudahan yang ditawarkan sebuah ponsel pintar. Akan tetapi, apakah efek ponsel pintar kepada orang tua sama baiknya apabila ponsel pintar digunakan oleh anak-anak?  

Ponsel pintar menjadi sebuah prioritas di zaman ini. Mulai dari ponsel keluaran Korea Selatan sampai keluaran Amerika yang berlambang apel yang telah digigit sebagian. Dari ponsel low-end sampai high-end. Terkadang, ponsel juga bisa menjadi refleksi kekayaan seseorang, maka tak jarang ponsel mahal hanya dibeli untuk sekedar gengsi dan dipuji. Dengan segala kemudahan akses yang ditawarkannya ia bisa berubah seperti api, yang bisa menjadi kawan sekaligus menjadi lawan.

Menurut pandangan orang awam, yang tidak terbiasa menggunakan ponsel dapat melihat ponsel sebagai ancaman di masa depan. Ponsel dianggap bisa mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan. Mereka yang melihat dari sisi ini akan merasa bahwa anak-anak yang dibesarkan tanpa gawai membuat mereka lebih sukses di masa depan. Membuat mereka tidak bergantung kepada ponsel. Membuat mereka lebih mandiri dan pandai mencari solusi.

Berbeda lagi dengan generasi milenial, yang kebanyakan merupakan orangtua generasi centenial yang sangat terbuka terhadap teknologi. Mereka menganggap ponsel bisa menjadi kawan dan bisa pula menjadi lawan. Menurut mereka ponsel dapat mempermudah komunikasi, akses informasi, dan media hiburan tersendiri. Walaupun mereka terbiasa menggunakan ponsel, mereka juga berpikir tentang hal negatif yang diakibatkan ponsel. Ponsel yang digunakan terlalu sering akan mengakibatkan kecanduan yang berujung kepada ketergantungan.

Setelah membahasnya dari dua sisi yang berbeda. Mari menengahinya dengan pendapat objektif dari berbagai sumber. Mark Zuckerberg pencipta media sosial populer Facebook, yang berasal dari generasi milenial berpendapat bahwa ia ingin memusnahkan smartphone. Walaupun karena ingin mengembalikan kejayaan Facebook ia pasti punya alasan untuk mengeluarkan argumen kontroversial tersebut. Tidak semua orang menyukai perkembangan teknologi. Pasti mereka punya alasan kuat untuk itu.

Warren Buffet seorang filantropis kenamaan yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, masih setia menggunakan ponsel model lawas bermodel flip. Ia pernah mengungkapkan tips dirinya meraih kekayaan dan salah satunya adalah menghabiskan 500 halaman buku sebelum tidur. Salah satu pendiri Apple Inc. , Steve Wozniak, pernah berpendapat bahwa ia tidak menyukai kerumitan yang ditawarkan produk terbaru Apple, iPhone X. Dia merasa bahwa ia lebih menyukai hal sederhana dan mudah dimengerti. Tidak seperti produk terbaru Apple tersebut.

Para petinggi-petinggi Apple bahkan tidak menyekolahkan anak mereka ke lembaga pendidikan yang menggunakan teknologi sebagai fokus utama sebagai media pembelajaran. Waldorf School of the Peninsula merupakan salah satu sekolah yang tidak menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran, padahal siswa-siswi mereka kebanyakan berasal dari keluarga para petinggi perusahaan teknologi seperti Apple, Google, E-bay, Yahoo, dan Hewlett-Packard.  Mereka masih menggunakan papan dan kapur tulis, bahkan menggunakan buah-buahan untuk belajar pembagian. Tetapi untuk lulusannya tak perlu diragukan lagi kualitasnya. 

Dari beberapa data tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang kaya dan orang terkenal sekalipun belum sepenuhnya menerima ponsel ataupun  sebagai media berkomunikasi ataupun untuk mengakses informasi. Mereka masih lebih menyukai hal-hal kecil namun esensial seperti bertemu secara langsung, bertatap muka, dan berkomunikasi secara lisan. Dengan  pendapat ini bukan berarti ponsel tidak punya kelebihan. Ponsel bahkan menjadi media para developer aplikasi untuk memasarkan sekaligus memamerkan karya aplikasi mereka. 

Developer lokal banyak yang telah memasarkan aplikasi mereka di ponsel android maupun iOS dan meraup penghasilan yang berlimpah. Bisa kita lihat dari keterkenalan game Tahu Bulat yang dibuat oleh developer OwnGames. Tahu Bulat menjadi viral dan meraih 1 juta unduhan hanya dalam waktu singkat, gim ini mengalahkan gim-gim dari luar negeri dan meraih urutan pertama pada Google Play Store. Bahkan saking tenarnya, banyak pedagang makanan yang beralih menjajakan tahu bulat sebagai dagangan mereka.

Bagi para generasi Z atau generasi centennial yang sekarang berusia 0- 22 tahun kehadiran ponsel pasti sangat diterima oleh mereka. Apalagi dengan permainan yang ada di dalamnya. Tak jarang, istilah mabar atau main bareng sudah menjadi kata yang sering diucapkan saat mengobrol bersama teman. Generasi Z pun bahkan rela untuk membeli ponsel dengan harga selangit hanya untuk bermain game dan sebagai pendongkrak gengsi. Generasi Z juga dikenal sebagai generasi menunduk yang hanya melihat layar ponselnya sepanjang waktu. 

Tetapi terkadang kedekatan terhadap ponsel dapat menjadi jalan kesuksesan. Seperti yang diraih Andrew Darwis dalam usia muda yang membuat forum diskusi bernama “Kaskus” yang menjadi forum diskusi terbesar kedua se-Dunia. Berbeda dengan Adam Sudaryanto. Ia berhasil meraih kesuksesannya di usia yang amat sangat muda, 21 tahun. Ia berhasil menciptakan direktori website premium pertama di Indonesia. Tempat bagi para pemilik website menyimpan linknya sesuai pilihan mereka sendiri. Pemuda ini merupakan contoh Generasi Z yang sukses berkat teknologi. 

Ponsel pintar ibarat dua sisi mata uang yang berbeda. Apabila digunakan secara bijak dan cermat dapat memberikan banyak kemudahan terhadap penggunanya. Apabila digunakan dengan tidak baik maka akan menjerumuskan kepada kecanduan yang berujung pada ketergantungan. Ponsel dapat mendekatkan yang jauh, akan tetapi ia juga bisa menjauhkan yang dekat. Mulai mengimbangi penggunaan ponsel dengan bertemu secara langsung, bertatap muka, dan berkomunikasi secara lisan dapat menjadi langkah agar tidak diperbudak gawai. Membatasi anak untuk bermain gim dan mengajarinya bermain di luar juga bisa menjadi hal yang mengasyikkan. Kembali ke masa lawas adalah cara untuk memanusiakan manusia.

Comments

Popular posts from this blog

Bocah Lusuh Hilang Arah

Goresan Pena : Abiyu Safabakas Pemuka Celana kecoklatan, muka merah padam Telanjang kaki berpijak pada nasib muram Yang seharusnya dididik agar berpendidikan Tapi malah menjadi buangan ditengah teriknya awan  Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang menentukan nasibku Dia yang merenggut apapun dariku Dia yang berjingkrak kesenangan diatas deritaku Dia yang saat ini mengibas uang hasil korupsi dariku Ketika generasi kami tak lagi terdidik Nasib bangsa ini tak lagi baik Ketika anak menjadi pemulung lumrah kena terik Diterpa hujan sedikit bangsa hancur tercekik

Sosial Berarti Bersama

Sebuah tugas kelas online kala itu Goresan Pena : Abiyu Safabakas Pemuka Memahami pandemi Corona yang menjadi isu sosial  Masyarakat berbondong-bondong membaca berita Entah akhirnya bersiap diri atau memilih tidak percaya Ada pula yang menganggap remeh, nyawa kehendak tuhan tanpa berupaya menjaga Itulah gunanya pengetahuan sebagai lentera Memahami isu yang menjadi masalah masyarakat Isu kesehatan yang juga isu sosial Pentinglah mengerti sosial untuk menyelesaikannya Dalam bidang akademik, semua jenjang kalut  Semua tatap muka raib ditelan bumi, dinding-dinding kelas klasikal    tak berpenghuni membisu Untunglah zaman telah berkembang, menjadikan internet sebagai media menuntut ilmu  Tak perlu terpaku dengan kurikulum, kita belajar hal baru, belajar mengenal untuk melawan Corona virus Pentinglah ilmu yang mengedepankan kesesuaian kondisi Ilmu seperti sosial yang tak melulu soal geografi & ekonomi murni Namun juga bisa diimplementasikan pada hal

Globalisasi Versus Globalisasi : Upaya Pemertahanan Adat Istiadat dengan Solusi Cerdas Era Global

       Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sangat heterogen atau beragam. Indonesia juga dikenal sebagai negeri yang   gemah ripah loh jinawi   yang berarti kekayaan alam yang berlimpah. Bukan hanya alamnya, tetapi juga budayanya. Mulai dari suku, agama, ras, etnik, dan banyak unsur sosial lainnya. Dahulu, nenek moyang kita berdamai dengan perbedaan. Banyak peninggalan Hindu, tetapi mayoritasnya muslim. Seiring berjalannya waktu, selaras dengan seleksi alam, keturunan-keturunan nenek moyang ini makin beragam. Akan tetapi tidak makin berdamai. Mungkinkah kita mewujudkan   toto tentrem karto raharjo ? Sebuah ungkapan Bahasa Jawa yang menggambarkan pertiwi masa silam.   Menurut Koen Cakraningrat, adat merupakan suatu bentuk perwujudan kebudayaan yang digambarkan sebagai tata kelakuan. Adat juga merupakan norma atau aturan tidak tertulis namun keberadaannya sangat kuat dan mengikat. Siapapun yang melanggarnya akan dikenai sanksi yang cukup berat. Pada tahun 2018, menurut da