Skip to main content

Indonesia, Kampung Halaman

   Hormat, entah apa yang Anda pikirkan tentang hormat. Apakah itu kewibawaan, atau hanya sekedar gerakan tangan yang dimana lengan lurus dengan bahu, lalu dengan tangan menyentuh ujung pelipis. Apapun Anda memaknainya, saya hanya ingin bercerita, tentang negara kita, tempat lahir kita, tanah tumpah darah kita, dan yang jelas kampung halaman kita. Sejauh apapun kakimu melangkah, kampung halamanmu tetap INDONESIA!

   Genap 72 tahun lebih 2 hari umur Indonesia. Selama itu pula negara ini bertransformasi, dari Agustus ke Agustus. Semakin bertambah umur, negara ini makin berkembang. Perkembangan itu mencakup dua sisi, entah positif atau negatif. Semoga saja kedepannya semua perkembangan adalah POSITIF!

   Menyinggung lagi soal hormat, bayangkan selama 72 tahun sudah berapa kali upacara diselenggarakan di Indonesia. Entah di sekolah-sekolah sampai upacara di Istana Negara. Bendera pertama yang dijahit Fatmawati dari sprei dan lap sudah dimusiumkan, sekarang sudah banyak bendera berkibar di seluruh Indonesia, tapi apakah kita sudah benar-benar MERDEKA?

   Bendera-bendera tersebut tidak pernah mengharap dihormati oleh warga Indonesia, mereka terkena terik matahari, tersiram hujan, ataupun terkena debu, dia selalu berdiri untuk menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Walaupun pasti masih ada yang menganggap itu hanya sekedar kain dengan dua warna merah & putih.

   Entah berapa ribu kata telah kumenari didalamnya. Melankolis, kebijaksanaan, cinta, dan keseriusan telah kukeluarkan dalam objek tarianku. Sebuah tulisan yang lahir dari jari jemari dan jiwaku. Dalam tulisan ini, aku hanya ingin berkata "Sebaik-baiknya Indonesia, ataupun kebalikkannya. Indonesia itu adalah KITA!" Seberapapun kita menganggapnya, seberapapun kita meremehkannya, ibu pertiwi tidak pernah marah. Dia tetap memperbolehkan kita menjadi warganya dan menjadikan Indonesia ini sebagai tanah tumpah darah kia semua.

Comments

Popular posts from this blog

Bocah Lusuh Hilang Arah

Goresan Pena : Abiyu Safabakas Pemuka Celana kecoklatan, muka merah padam Telanjang kaki berpijak pada nasib muram Yang seharusnya dididik agar berpendidikan Tapi malah menjadi buangan ditengah teriknya awan  Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang menentukan nasibku Dia yang merenggut apapun dariku Dia yang berjingkrak kesenangan diatas deritaku Dia yang saat ini mengibas uang hasil korupsi dariku Ketika generasi kami tak lagi terdidik Nasib bangsa ini tak lagi baik Ketika anak menjadi pemulung lumrah kena terik Diterpa hujan sedikit bangsa hancur tercekik

Globalisasi Versus Globalisasi : Upaya Pemertahanan Adat Istiadat dengan Solusi Cerdas Era Global

       Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sangat heterogen atau beragam. Indonesia juga dikenal sebagai negeri yang   gemah ripah loh jinawi   yang berarti kekayaan alam yang berlimpah. Bukan hanya alamnya, tetapi juga budayanya. Mulai dari suku, agama, ras, etnik, dan banyak unsur sosial lainnya. Dahulu, nenek moyang kita berdamai dengan perbedaan. Banyak peninggalan Hindu, tetapi mayoritasnya muslim. Seiring berjalannya waktu, selaras dengan seleksi alam, keturunan-keturunan nenek moyang ini makin beragam. Akan tetapi tidak makin berdamai. Mungkinkah kita mewujudkan   toto tentrem karto raharjo ? Sebuah ungkapan Bahasa Jawa yang menggambarkan pertiwi masa silam.   Menurut Koen Cakraningrat, adat merupakan suatu bentuk perwujudan kebudayaan yang digambarkan sebagai tata kelakuan. Adat juga merupakan norma atau aturan tidak tertulis namun keberadaannya sangat kuat dan mengikat. Siapapun yang melanggarnya akan dikenai sanksi yang cukup berat. Pada tahun 2018, menurut da

Sosial Berarti Bersama

Sebuah tugas kelas online kala itu Goresan Pena : Abiyu Safabakas Pemuka Memahami pandemi Corona yang menjadi isu sosial  Masyarakat berbondong-bondong membaca berita Entah akhirnya bersiap diri atau memilih tidak percaya Ada pula yang menganggap remeh, nyawa kehendak tuhan tanpa berupaya menjaga Itulah gunanya pengetahuan sebagai lentera Memahami isu yang menjadi masalah masyarakat Isu kesehatan yang juga isu sosial Pentinglah mengerti sosial untuk menyelesaikannya Dalam bidang akademik, semua jenjang kalut  Semua tatap muka raib ditelan bumi, dinding-dinding kelas klasikal    tak berpenghuni membisu Untunglah zaman telah berkembang, menjadikan internet sebagai media menuntut ilmu  Tak perlu terpaku dengan kurikulum, kita belajar hal baru, belajar mengenal untuk melawan Corona virus Pentinglah ilmu yang mengedepankan kesesuaian kondisi Ilmu seperti sosial yang tak melulu soal geografi & ekonomi murni Namun juga bisa diimplementasikan pada hal